Wednesday, August 8, 2018

Seminar Proposal Skripsi: Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas KPRI "Tehnika Bhakti" melalui Partisipasi Angota


PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) “TEHNIKA BHAKTI” KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN MELALUI PARTISIPASI ANGGOTA


PROPOSAL

Disusun Oleh:
Widiyaningrum
NIM.7101412235

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015







DAFTAR ISI


















DAFTAR TABEL


Tabel 2.1. Data Jumlah Anggota dan Simpan Pinjam Anggota............................ 2
Tabel 2.3. Program Kerja KPRI “Tehnika Bhanti”............................................... 3
Tabel 4.1. Nomogram Henry King........................................................................ 26
















DAFTAR GAMBAR


Gambar 3.1. Kerangka Berpikir............................................................................ 29
Gambar 4.4. Model Analisis Jalur......................................................................... 34


















        KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
       UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
      FAKULTAS EKONOMI
                Kampus Sekaran Gunungpati Gedung C6 Telp/Faks (024) 3562686 Semarang
PROPOSAL SRIPSI

Nama            : Widiyaningrum
NIM              : 7101412235
Jurusan        : Pendidikan Ekonomi
Prodi             : Pendidikan Koperasi, S1

1.      Judul

“PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) “TEHNIKA BHAKTI” PAESAN UTARA KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN MELALUI PARTISIPASI ANGGOTA”

2.      Pendahuluan

2.1.Latar Belakang Masalah

Koperasi menurut Mohammad Hatta merupakan usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Menurut UU 25 / 1967, koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Hal yang penting dari koperasi yaitu koperasi merupakan organisasi perkumpulan orang-orang ataupun badan hukum, dalam koperasi merupakan kepentingan bersama. Koperasi melayani anggota dan masyarakat lingkungannya, para anggota akan menghimpun kekuatan untuk mencapai tujuan. Tujuan koperasi adalah memenuhi kebutuhan anggota dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat watak sosialnya.
Saat ini, keberadaan koperasi kurang diminati oleh masyarakat Indonesia. Dari data survey tahun 2014, banyak koperasi yang tidak aktif. Keberadaan pengurus dan anggota sangat penting dalam orgaisasi koperasi, dan hal yang perlu diperhatikan yaitu loyalitas pelanggan. Mendapatkan anggota yang loyal merupakan keinginan setiap organisasi koperasi yang ingin sukses dalam jangka panjang. Akan tetapi untuk memperoleh pelanggan atau anggota yang loyal bukan pekerjaan mudah. Loyalitas pelanggan terlihat dari kesetiaan anggota koperasi dalam melaksanakan kegiatan perkoperasian dan setia menjadi anggota koperasi. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti, anggota KPRI “Tehnika Bhakti” selama tiga tahun terakhir mengalami penurunan, dan dalam kegiatan simpan pinjam anggota di koperasi tersebut juga mengalami penurunan. Berikut data penurunan jumlah anggota dan simpan pinjam anggota:
Tabel 2.1. Data Jumlah Angota dan Simpan Pinjam Anggota KPRI “Tehnika Bhakti”
Tahun
Jumlah Anggota
Jumlah Anggota Yang Membayar Simpanan Wajib
Jumlah Anggota yang Melakukan Simpanan Sukarela
Jumlah Anggota yang Melakukan Pinjaman
2012
157
154
67
117
2013
153
149
63
108
2014
147
142
59
100
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Tahun 2012-2014
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadinya penurunan jumlah anggota. Selain itu jumlah anggota yang melakukan simpan pinjam selama tiga tahun terakhir juga mengalami penurunan. Jadi dapat diketahui bahwa loyaitas pelanggan di KPRI “Tehnika Bhakti” menurun, dan juga partisipasi anggota di KPRI “Tehnika Bhakti” juga mengalami penurunan.
Selain masalah loyalitas dan partisipasi anggota,  KPRI “Tehnika Bhakti”  juga mengalami masalah pada pelayanan koperasi. Hal ini dapat diketahui dari wawancara yang dilakukan peneliti. Berdasarkan wawancara peneliti tanggal 2 Mei 2015kepada 15 anggota KPRI “Tehnika Bhakti”, sebagian besar menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan kurang memuaskan.
Pelayanan yang diberikan koperasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup koperasi, karena pelayanan berhubungan langsung dengan anggota ataupun pelanggan. Selain pelayanan, kemampuan manajerial pengurus juga sangat penting bagi keberlangsungan koperasi. Kemampuan manajerial pengurus koperasi dalam manajemen koperasi akan berpengaruh terhadap maju tidannya suatu koperasi. Secara normatif pengurus dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis. Rendahnya kualitas pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain rendahnya kemampuann sebagai wirausaha dalam memanajemen koperasi.
Masalah kemampuan manjaerial pengurus pada KPRI “Tehnika Bhakti” yaitu program kerja yang dilaksanakan masih sangat sederhana seperti rapat rutin, melakani simpan pinjam, dan pembukuan. Seharusnya perlu kegiatan lain yang bisa meningkatkan usaha koperasi dan kesetiaan anggotanya misalnya dengan melaksanakan kegiatan pendidikan, pembinaan maupun pelatihan. Dilihat dari laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas KPRI “Tehnika Bhakti” tahun 2012-2014 terdapat saran untuk meningkatkan kehati-hatian dalam memanajemen koperasi. Berikut data program kerja KPRI “Tehnika Bhakti”:
Tabel 2.2. Program Kerja KPRI “Tehnika Bhakti”
Bidang
Kegiatan
Tahun
2012
2013
2014
Bidang Organisasi
1.      Rapat rutin pengurus
2.      Rapat dengan pengawas
3.      Rapat anggota tahunan
V
V
V
Budang Administrasi
1.      Pengerjaan buku-buku
2.      Melangkapi buku-buku yang diperlukan
V
V
V
Bidang Usaha
1.      Melayani kebutuhan anggota
2.      Menggiatkan anggota untuk menyimpan dan memanfaatkan uang yang tersedia
V
V
V
Bidang Keuangan
1.      Mengerjakan pembukuan secara benar
V
V
V
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Tahun 2012-2014
Dalam hal ini kemampuan manajerial pengurus harus lebih ditingkatkan. Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan koperasi dan juga partisipasi anggota. Dengan kemampuan manajerial yang baik, maka pengurus dapat mengatur atau menggerakkan anggotanya dengan baik juga dan loyalitas pelanggan koperasi juga akan terjaga. Teori Jochen Ropke (2003:53) menunjukkan bahwa kemampuan manajerial berpengaruh terhadap partisipasi anggota. Jochen Ropke dalam bukunya “Ekonomi Koperasi” juga mengemukakan bahwa partisipasi anggota koperasi juga akan berpengaruh terhadap kesetiaan anggota koperasi. Maka dengan ditingkatnya partisipasi anggota koperasi, kesetiaan anggota koperasi juga akan meningkat karena kedua aspek tersebut saling berpengaruh.
KPRI “Tehnika Bhakti” merupakan salah satu KPRI yang berada di kabupaten Pekalongan. Berdasarkan data Disperindangkop kabupaten Pekalongan, KPRI “Tehnika Bhakti” merupakan KPRI yang paling bermasalah dalam hal loyalitas pelanggan koperasi. Masalah loyalitas pelanggan di KPRI “Tehnika Bhakti” dapat dilihat dari menurunnya anggota koperasi dari tahun 2012-2014. Selain itu partisipasi anggota di KPRI “Tehnika Bhakti” juga menurun, ditunjunjukkan oleh penurunan anggota yang melakukan pembayaran simpanan dan melakukan pinjaman. Maka dari itu koperasi harus meningkatkan pelayanan dan kemampuan manajerial pengurus koperasi harus ditingkatkan. Tetapi pada KPRI “Tehnika Bhakti” pelayanan kepada anggota kurang memuaskan, hal ini berdasarkan wawancara pada 15 anggota koperasi, dan juga kemampuan manajerial pengurus terlalu monoton dimana setiap tahun program kerja pengurus selama tiga tahun selalu sama.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pelayanan dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas Pelanggan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Kabupaten Pekalongan melalui Partisipasi Anggota”.

2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dihasilkan sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
2.      Adakah pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
3.      Adakah pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
4.      Adakah pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota?
5.      Adakah pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota?

2.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:
  1. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
  2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
  3. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
  4. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota.?
  5. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota?

2.4.Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu:
1.      Kegunaan Praktis
a.       Masukan kepada pengelola koperasi sebagai salah satu pedoman untuk memperbaiki manajemen kopersi.
b.      Masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan minat berkoperasi dan masukan kepada pemerintah yang berperan dalam perkembangan koperasi.
2.      Kegunaan Teoritis
a.       Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan kajian disiplin ilmu ekonomi khususnya tentang koperasi.

3.      Tinjauan Pustaka

3.1.Landasan Teori

3.1.1.    Loyalitas pelanggan Koperasi

3.1.1.1.            Definisi Loyalitas pelanggan Koperasi
Menurut Oliver (1997) bahwa definisi loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan produk atau pelayan yang terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Karakteristik pelanggan yang loyal salah satunya yaitu melakukan pembelian secara teratur pada usaha koperasi. Pelanggan akan setia menjadi pelanggan pada usaha koperasi yang diikuti. Selain itu, jika anggota yang loyal akan selalu membayar simpanan pokok, simpanan wajib, maupun simpanan sukarela karena anggota yang loyal akan setia terhadap koperasi yang diikuti maupun produk yang dihasilkan oleh koperasi tersebut.
Menurut Oliver (1997:392) yang dimaksud dengan pelanggan yang loyal atau setia yaitu jika pelanggan memiliki komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa yang terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi unruk menyebabkan perubahan perilaku. Definisi tersebut mengatakan bahwa pelanggan yang loyal mempunyai semacam ketertarikan yang permanen dan menjadikan ketertarikan tersebut sebagai pilihannya. Sedangkan menurut Griffin (1995:4) mengemukakan definisi lain yang lebih jelas mengenai loyalitas pelanggan. Konsep loyalitas mengarah pada perilaku (behaviour) dari pada sikap (attitude) dan seorang pelanggan yang loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang dapat diartikan sebagai pola pembelian yang teratur dan dalam waktu yang lama, yang dilakukan oleh untit-unit pembuat atau pengambil keputusan.
3.1.1.2.            Pentingnya Loyaltias Pelanggan Koperasi
Kottler, Keller mengemukakan bahwa satu-satunya nilai yang dapat diciptakan perusahaan adalah nilai yang berasal dari pelanggan. Nilai yang berasal dari pelanggan merupakan nilai yang dimili saat ini dan nilai yang akan dimiliki di masa depan. Suatu usaha dikatakan sukses jika berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan. Pelanggan merupakan satu-satunya alasan perusahaan membangun pabrik, mempekerjakan karyawan, menjadwalkan rapat, membuat jalur serat optik, atau melibatkan diri dalam aktifitas bisnis apapun. Tanpa pelanggan, maka usaha tidak akan berjalan. Begitupun dengan sistem koperasi. Koperasi tidak akan jalan tanpa adanya anggota, karena tujuan dari koperasu adalah mensejahterakan oleh anggotanya. Koperasi merupakan organisasi oleh, dari, dan untuk anggota. Jadi keberadaan anggota merupakan salah satu faktor utama yang menentukankeberlanjutan koperasi. Maka dari itu, loyalitas pelanggan sangat penting bagi keberlanjutan koperasi.
Loyalitas (kesetiaan) pada koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Sesuai dengan teori Jochen Ropke (2003:57), voice, vote, exit merupakan tiga alat utama yang dapat digunakan para anggota koperasi untuk mencapai pengambilan keputusan dalam perusahaan koperasi yang merefleksikan permintaan mereka. Voice merupakan pendapat anggota, vote merupakan pengaruh yang diberikan anggota, dan exit merupakan pengaruh yang diberikan anggota dengan cara mengancam keluar ataupun mengurangi kegiatannya. Dalam koperasi, terdapat satu mekanisme penting atau solusi atas terlalu mudahnya exit, yaitu kesetiaan anggota. Voice akan meningkatkan sejalan dengan kesetiaan anggota pada koperasi. Kesetiaan dapat meningkatkan voice dan vote.
Indikator loyalitas pelanggan menurut Fajar Laksana (2008:189), yaitu:


a.      Word of mouth communications
Konsumen yang loyal akan mengatakan hal-hal yang baik terhadap pelayanan yang diberikan. Dalam menilai indikator ini dapat diukur dengan melihat konsumen selalu mengatakan hal-hal baik tentang pelayanan kepada orang lain, konsumen merekomendasikan pelayanan kepada konsumen lainnya, konsumen memberi dorongan kepada sahabat dan saudara untuk mendatangi perusahaan jasa.
b.      Purchase intentions
Loyalitas pelanggan dapat dilihat dari konsumen menempatkan perusahaan di tempat pertama. Indikator ini dapat diukur dengan melihat komsumen selalu menempatkan pilihan pertama kepada perusahaan jasa, konsumen akan selalu menggunakan perusahaan jasa ini pada tahun berikutnya, konsumen akan mengurangi kunjungan ke perusahaan jasa lain.
c.       Price sensitivity
Harga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pembelian konsumen. Konsumen akan mempertinmbangkan harga dalam keputusan pembeliaan. Pengukuran price sensitivity dapat dilihat dari konsumen akan pindah kepada perusahaan jasa yang menawarkan harga lebih menarik, konsumen akan mendatangi perusahaan jasa lainnya yang menawarkan harga/tarif yang lebih menarik, konsumen akan membayar harga/tarif yang lebih mahal dibandingkan dengan tarif/harga perusahaan jasa lainnya selama perusahaan jasa ini dapat memberikan manfaat yang lebih baik.
d.      Compalining behaviour
Dalam hal ini, loyalitas pelanggan dapat diukur dengan melihat konsumen akan beralih ke perusahaan jasa lain jika mengalami masalah dengan pelayanan, konsumen akan memberitahukan kepada konsumen lainnya jika terdapat masalah, konsumen akan mengasukan kepada lembaga lannya jika terjadi masalah dengan perusahaan ini.
Menurut Sunarto (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan yairu:
1.      Kepuasan pelanggan
2.      Pelayanan
3.      Keunggulan bersaing
3.1.1.3.            Membangun Loyalitas Pelanggan
Menciptakan hubungan yang kuat dengan pelanggan atau dalam masalah ini menciptakan hubungan yang kuat dengan para anggota koperasi merupakan mimpi bagi semua organisasi koperasi dan hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam jangka panjang. Menurut Kootler Keller, dalam membangun loyalitas pelanggan perlu melakukan kegiatan penting yaitu: (1). Berinteraksi dengan pelanggan, (2). Mengembangkan program loyalitas, (3). Mempersonalsasikan pemasar, (4). Menciptakan ikatan institusional, dan (5). Memenangkan kembali.
Dari beberapa defini dan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa loyalitas pelanggan merupakan perilaku konsumen yang setia dalam melakukan pembelian pada suatu produk. Jadi loyalitas pelanggan koperasi yaitu perilaku anggota dalam melakukan pembelian produk di koperasi, dan di KPRI “Tehnika Bhakti” usaha yang dilakukan yaitu jasa simpan pinjam. Loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” diukur dari perilaku anggota dalam melakukan simpan pinjam.

3.1.2.    Pelayanan

3.1.2.1.            Pengertian Pelayanan
Menurut Fajar Laksana pada bukunya Manajemen Pemasaran (2008:85), pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Dengan kata lain, pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak pemasara atau penjual kepada pihak pembeli atau konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jasa yang diberikan yaitu tidak berwujud seperti produk fisik, jada dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
Komponen pelayanan dalam bisnis tidak dapat dipisahkan baik bagi perusahaan dagang maupun jasa. Bagi perusahaan jasa, pelayanan merupakan produk yang berdiri sendiri, tetapi pada perusahaan dagang pelayanan merupakan produk yang melekat pada produk utamanya.
3.1.2.2.            Indikator Pelayanan
Menurut Fajar Laksana (2008:187-189), dimensi atau indikator dari pelayanan yaitu :
a.       Kehandalan  (Reliability)
Kehandalan yang dimaksud merupakan kehandalan dalam melakukan pelayanan. Kehandalan dapat diukur dari ketepatan waktu pelayanan, pelayanan simpatik, pelayanan diandalkan, pelayanan sesuai dengan waktu yang dijanjikan, keakuratan laporan, perhitungan biaya yang akurat, dan data dapat diperiksa dan diteliti.
b.      Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya tanggap dalam pelayanan merupakan daya tanggap dalam menangani masalah dan keinginan pelanggan. Untuk mengukur daya tanggap pelayanan yaitu dengan mengukur pelayanan dalam menanggapi setiap keinginan pelanggan dengan tepat waktu.
c.       Jaminan (Assurance)
Jaminan dalam pelayanan yaitu kemampuan yang diberikan untuk menjamin keinginan dan kepuasan pelanggan. Pengukuran jaminan pelayanan dengan melihat kepercayaan, keyakinan, dan kejujuran pelayanan, pengetahuan dan keterampilan pegawai, menghargai dan selalu menjaga kesopanan, pelayanan ramah, pelayanan aman dan membebaskan dari segala resiko atau keragu-raguan.
d.      Empati (Empathy)
Empati dalam pelayanan yaitu berhubungan dengan komunikasi pegawai pelayanan dengan pelanggan. Empati dapat diukur dari pelayanan yang diberikan memenuhi keinginan pelanggan, pelayanan mudah dihubungi, komunikasi dalam pelayanan, manajemen mendengarkan pendapat pelanggan, manajemen mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan.
e.       Fisik (Tangibles)
Maksud dari fisik dalam pelayanan yaitu alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan dalam pelayanan. Pengukuran fisik dalam pelayanan yaitu dengan melihat perlengkapan dan peralatan, fasilitas fisik, penampilan pegawai, dan fasilitas fisik yang representatif.

3.1.3.    Kemampuan Manajerial Pengurus

3.1.3.1              Definisi Kemampuan Manajerial
Pengurus yaitu para anggota yang terpilih dalam rapat anggota, mendapatkan kepercayaan untu memimpin koperasi dalam satu kurun waktu kepengurusan (Kartasapoetra, 2003). Sedangkan menurut Sitio dan Tamba (2001) pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui rapat anggota yang bertugas mengeola organisasi dan usaha. Jadi penguruslah yang akan menentukan apakah program-program kerja yang telah disepakati dalam rapat anggota benar-benar dapat dijalankan dengan baik. Dan pengurus pula yang akan membawa koperasi mencapai tujuan yang telah disepakati bersam.
Kemampuan manajerial pengurus koperasi berhubungan dengan sumber daya manusia pengurus koperasi. Kemampuan manajerial pengurus koperasi merupakan kemampuan yang dimiliki pengurus dalam memanajemen dan mengelola koperasi. Menurut Marbun dalam Alma (2004), Pengelola koperasi baik itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1) Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4) Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi ke masa depan.
3.1.3.2              Pentingnya Kemampuan Manajerial
Kompetensi sumber daya manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik itu anggota, pengurus, maupun pengawas harus selalu digali, diasah, dan dikembangkan sehingga muncul pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan koperasi. Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus dimiliki oleh para anggota, pengurus, dan penggerak koperasi meliputi kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan usaha dan menejerial, kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun networking, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan usaha, kompetensi optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos kerja.
Kemampuan manajerial merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap partisipasi. Menurut Jochen Ropke (2003:53), kualitas partisipasi tergantung pada interaksi dari ketiga variabel berikut: (1). Anggota atau penerima manfaat, (2). Manajemen, (3). Program. Kesesuaian antara anggota dan organisasi saling berkaitan. Anggota harus mampu dan mau mengartikulasikan kebutuhan mereka dalam keputusan organisasi.
Dalam mengembangkan kompetensi manajerial, setiap unsur penggerak koperasi baik itu pengurus dan anggota harus memiliki kompetensi pengembangan usaha dan menejerial sehingga mampu mengembangkan usaha yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota sekaligus mampu mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak koperasi harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan.
3.1.3.3              Kemampuan Manajerial
Dalam berwirausaha dituntut memiliki ketrampilan dan kemampuan manajerial. Keterampilan manajerial  (Daft, 2003) adalah keterampilan menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang meliputi antara lain: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), dan pengendalian (controlling). Sedangkan kemempuan manajerial meliputi: kemampuan teknis, kemampuan personal dan kemampuan emosional. Mengingat peran dan fungsi seorang manajer dalam aspek memproduksi, menerapkan, memperbaharui, dan sistem mengintegrasi maka harus dituntut memiliki ketrampilan yang bersifat: (1) Keterampilan konseptual, (2) Keterampilan hubungan antar manusia, (3) Keterampilan teknis
Bedarnya komposisi dari ketiganya yang harus dimiliki sangat tergantung pada tingaktan manajerial. Semakin tinggi level manajerialnya, maka semakin besar dibutuhkan keterampilan konseptualnya dan semakin kecil dibutuhkan keterampilan teknisnya.
Menurut Silalahi (2005) tiga aspek keterampilan atau kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah sebagai berikut:
1.      Keterampilan Teknik (Technical Skill)
Keterampilan teknil adalah kemampuan yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, produser-produser, metode-metode dan teknik-teknik dalam suatu aktivitas manusia dengan benar dan tepat. Keterampilan ini secara nyata sering didapat dalam institusi-institusi pendidikan dan program-program pelatihan on the job, misalnya kursus akuntansi, statistik, matematika, dan lain-lain.

2.        Keterampilan Manusiawi (Human Skill)
Keterampilan manusiawi atau keterampilan hubungan manusia adalah kemampuan untuk menciptakan dan membina hubungan baik, memahami dan mendorong orang lain, baik secara individual maupun secara kelompok sehingga mereka bekerja keras lebih produktif dan merasa puas. Keterampilan manusia menunjukan pada kemampuan memimpin, memanajemen konflik, dan juga kemampuan untuk menciptakan, membina dan mengembangkan hubungan kerjasama yang produktif dengan orang lain.
3.        Keterampilan Konseptual (Conceptual Skill)
Keterampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasi dan memandu semua kepentingan dan kegiatan organisasi. Keterampilan konseptual meliputi kemampuan untuk melihat masalah-masalah organisasional dengan bagian-bagiannya dalam hubungannya dengan gambaran keselruhannya sebagai suatu kesatuan yang terkait, tergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Kemampuan manajerial harus dimiliki oleh pengurus karena pengurus mempunyai tugas dan tanggungjawab yang besar di salam menjalankan usaha atau organisasi suatu koiperasi.karena posisi pengurus merupakan manajemen tingkat atas. Jadi kompetensi manajerial itu harus dimiliki dan mengimlementasikan secara komprehensif dan simultan oleh pengurus sebagai strategik di dalam menghadapi segala hambatan ataupun ancaman yang ada serta dapat mengambil peluang yang tercipta.
Menurut Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti (2003), manajemen yang baik adalah faktor yang paling penting untuk suksesnya koperasi. Dalam menerapkan manajemen, pengurus mempunyai tanggung hawab untuk menrumuskan kebijaksanaan, menyetujui tangungjawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui rencana dan program, melimpahkan wewenang kepada manajer terkecuali bida dalam Hak Badan Hukum dan Anggaran Dasar Koperasi tertera untuk melimpahkan kepada para anggota. Pengurus mengakui tanggung jawabnya dan keperluannya untuk merumuskan kebijakan, menyetujui rencana dan program, melimpahkan wewenang kepada manajer, untuk melaksanakan dan mengembangkan program dan kebijakan manajer, antara lain akan mempunyai wewenang untuk mempekerjakan personil yang cakap sesuai dengan rencana dan kebijakan penggajian dan pengupahan yang telah disetujui, selanjutnya juga memiliki wewenang untuk menetapkan jadwal, mendidik, mengawasi, dan jika perlu mengganti mereka.
G. Kartasapoetra (2000:41), mengemukakan  saat sekarang ini, banyak anggota masyarakat yang belum atau tidak tertarik untuk bergang dalam koperasi sehingga tidak sedikit koperasi yang angotanya sangat kecil, padahal banyaknya anggota sangat diperlukan bagi suatu koperasi mengingat koperasi merupakan perkumpuan orang-orang yang mengakui adanya kebutuhan tertentu yang sama di kalangan mereka, jangkauan usaha koperasi terutama meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, para anggota masyarakat yang kondisi hidupnya lemah dan lingkungan hidup yang masih serba kumbuh. Jadi dala organisasi koperasi terdapat misi yang suci, mensejahterakan masyarakat, para anggota masyarakat yang banyak. Dengan sedikitnya anggota masyarakat yang bergabung, dengan sendirinya misi yang suci itu tidak dapat terlaksana sepenuhnya. Percayalah bahwa karena misi suci yang dikandungnya itu suatu saat kopersi akan menjadi tulang punggung usaha ekonomu masyarakat di segala pelosok tanah air, sebagian terbesar anggota masyarakat tingkat kehidupannya masoh lemah, dan sebagian terbesar anggota masyarakt masih mementingkan kegotong-royongan dalam memadu kehidupannya, hal-hal inilah yang menjadikan koperasi sangat dibutuhka  mereka dan menjadikannya sebagai tulang punggung usaha ekonominya.


Menurut G. Kartasapoetra (2000:42), hal-hal yang menyebabkan masih sedikitnya masyarakat yang bergabung dalam koperasi yaitu:
  1. Para pengurus koperasi tidak melakukan kampanye untuk menarik anggota lebih banyak dari para anggota masyarakat, padahal diketahui sebagian terbesar dari mereka tingkat kehidupannya lemah.
  2. Ada kalanya para anggota pendiri koperasi terdiri dari orang-orang yang mepunyai kepentingan usaha pribadi.
  3. Tidak adanya perhatian penguruh kepada anggota.
  4. Mekanisme untuk masuk menjadi anggota koperasi tidak diketahui atau tidak digunakan pengurus koperasi, terbukti dari tidak tersedianya formulir keanggotaan dan kurang/tidak diperhatikan tersedianya buku-uku Anggaran Dasar.
  5. Secara praktis tidak ada pendidikan keanggotaan sehingga para anggota tidak/kurang mengertia akan sifat-sifat maupun tata kerja koperasi.
  6. Tidak sedikit koperasi yang belum melakukan aktifitas penyuluhan kepada para anggota masyarakat, sehingga anggota masyarakat yang banyak tidak mengetahui manfaat berkoperasi, tidak mengetahui tugas fungsi koperasi sebagai alat usaha ekonomi bagi para anggota masyarakat yang lemah ekonominya.
  7. Tidak sedikit koperasi yang mengalami kegagalan dalam usahanya, jatuh dan bubar, hal seperti ini menjadikan para anggota masyarakat tidak tertarik untuk bergabung dalam koperasi atau kepercayaan mereka terhadap koperasi menjadi luntur.


3.1.4.                  Partisipasi Anggota

3.1.4.1.            Definisi Partisipasi Anggota
Partisipasi sangat penting bagi keberlanjutan koperasi. Banyak koperasi dengan tingkat partisipasi anggota rendah, namun beberapa di antaranya tetap dapat memberikan manfaat yang memuaskan bagi para anggotanya. Tetapi dengan partisipasi angota kemungkinan menurunnya efektif dan efisien anggota alam rangka pencapaian kinerja akan lebih besar. Partisipasi anggota dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kinerja yang buruk seperti penyimpangan. Menurut Jochen Ropke (2003:39), melibatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tindakan sebagai suatu tujuan pengembangan ataupun sebagai tujuan akhir itu sendiri, memiliki manfaat yang besar. Akan tetapi, penjelasan mengenai kinerja koperasi komparatif di sini lebih menekankan peran penting partisipasi dalam mencapai keberhasilan koperasi sesuai dengan kepentingan anggota. Terdapat alasan yang mendasar mengapa partispasi merupakan syarat yang penting bagi bagi kinerja komparatif, yaitu manajemen koperasi tidak dapat diasumsikan memiliki informasi yang diperlukan setiap saat. Sebaliknya, informasi harus dicari. Mekanisme untuk menemukan informasu, yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang akan diberikan oleh koperasi bagi kepentingan / kebutuhan anggotanya merupakan proses partisipasi juga,
Menurut Jochen (2003:40), partisipasi pada hakikatnya tidak membuat koperasi berbeda dari organisasi yang tidak memiliki sifat/kinerja identitas. Jika suatu perusahaan menjual jasanya di pasar terbuka, maka perusahaan tersebut juga membutuhkan umpan balik dari pelanggan agar dapat bersaing dan berhasil. Begitu juga dengan koperasi. Koperasi membutuhkan partisipasi anggota demi keberhasilan koperasi.
Ukuran suatu koperasi akan mempengaruhi manajemen di dalamnya. Peningkatan jumlah anggota akan mengurangi keefektifan partisipasi karena semakin banyak sumber daya yang dipakai dalam pencapaian manfaat, selain itu tingkat profesional manajerial akan meningkat sejalan dengan ukuran koperasi. Hal ini akan menyulitkan dan membutuhkan banyak biaya bagi anggota untuk bepartisipasi. Maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggota akan berkurang sejalan dengan meningkatnya ukuran keanggotaan karena itu dapat diharapkan terjadinya peningkatan dalam hal manjaemen, semakin bersar koperasi akan semakin berkuasa dan berpengaruh pada manajemen. Koperasi yang besar akan cenderung lebih dikuasai oleh manajemen.
Menurut Jochen Ropke (2003:53), partisipasi merupakan suatu alat, dan partisipasi dijelaskan dalam tiga aspek sebagai berikut:
a.       Anggota berpartisipasi dalam memberikan kontribusi atau menggerakkan sumber-sumber dayanya,
b.      Anggota berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (perencanaan, implementasi / pelaksanaan dan evaluasi).
c.       Anggota berpartisipasi atau berbagi keuntungan.
Kualitas partisipasi tergantung pada interaksi dari ketiga variabel berikut: anggota atau penerima manfaat, manajemen, program.
3.1.4.2.            Alat partisipasi
Menurut Jochen Ropke (2003:53), alat utama yang digunakan para anggota koperasi untuk mencapai pengambilan keputusan dalam perusahaan koperasi yang merefleksikan permintaan mereka adalah voice, vote, exit. Dengan voice, anggota koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan cara bertanya, memberi atau mencari informasi, maupun dengan mengajukan ketidaksepakatan dan kritik. Vote digunakan anggota untuk mempengaruhi siapa yang akan dipilih menjadi manajer maupun anggota Badan Pengawas dan pengurus lainnya. Dengan exit, anggota dapat mempengaruhi manajemen dnegan cara meninggalkan koperasi (misalnya dengan membeli input lebih sedikit dari koperasi dan membeli lebih banyak dari pesaing), atau dengan cara mengancam keluar dari keanggotaan koperasi, maupun mengurang kegiatan mereka. Dalam koperasi, terdapat satu mekanisme penting atau solusi atas terlalu mudahnya exit, yaitu kesetiaan anggota. Voice akan meningkat sejalan dengan kesetian anggota pada koperasi. Kesetiaan dapat mengaktifan voice dan vote. Akan tetapi, terdapat batas-batas bagi efektivitas dalam mengaktifan voice/vote melalui kesetiaan.
Menurut Ninik Wijayanti (2007:199), partisipasi anggota diukur dari kesediaan anggota itu untuk memikul kewajiban dan menjalankan hak keanggotaan secara bertanggung jawab. Jika sebagian besar anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota Koperasi yang bersangkutan sudah dikatakan baik. Akan tetapi jika ternyata hanya sedikit yang demikian, maka partisipasi anggota koperasi dimaksud dikatakan buruk atau rendah.
Hasibuan dalam Ninik Wijayanti (2007:200), menyatakan bahwa pada saat koperasi didirikan, sukar untuk memperoleh jumlah anggota yang mencukupi. Karena itu setiap anggota masyarakat yang ingin menjadi anggota pada saat itu harus diterima dan tidak ada kemungkinan untuk mengadakan seleksi. Persyaratan anggota yang diterima waktu itu sudah cukup apabila sudah dimiliki usaha, usahanya berkaitan erat dengan usaha koperasi, dan bertempat tinggal di lingkungan wilayah kerja koperasi yang bersangkutan. Tetnang kemampuan untuk memikul kewajiban dan keberanian untuk menjalankan hak belum bisa dijadikan persyaratan..
Menurut Ninik Wijayanti (2007:200), ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.       Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur.
b.      Membantu modal koperasi di samping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c.       Menjadi langganan koperasi yang setia.
d.      Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.
e.       Menggunakan hak unutk mengawasi jalannya usaha koperasi, menurut anggaran dasar dan rumah tangga, peraturan-peraturan lainnya dan keputusan-keputusan bersama lainnya.

3.2.Penelitian Terdahulu

No
Nama Peneliti
Judul
Kesimpulan
1.
Siti Ana Rohana (2009)
Pengaruh kemampuan manajerial pengurus, kualitas pelayanan koperasi, kepuasan anggota, dan tingkat kepercayaan anggota terhadap loyalitas pelanggan pada Koperasi Simpan Pinjam Utama Karya
Terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan manajerial pengurus, kualitas pelayanan koperasi, kepuasan anggota, dan tingkat kepercayaan anggota terhadap loyalitas pelanggan pada Koperasi Simpan Pinjam Utama Karya
2.
Wirda Lestari Ningsih (2012)
Pengaruh pelayanan Koperasi Terhadap Partisipasi Anggota  Koperasi Bumi Melayu, Pekan Baru
Pelayanan berpengaruh terhadap partisipasi anggota
3.
Edi Rusandi (2013)
Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Anggota Koperasi Karyawan Omedata di PT. Omedata Electronics Bandung
Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas anggota koperasi karyawan Omedata

3.3.Kerangka Pemikiran

3.3.1.                  Pengaruh Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Zeithaml dalam Fajar Laksana (2008:101) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan memiliki hubungan erat dengan loyalitas. Zeithaml melaporkan hubungan positif antara mutu pelayanan dan dimensi kesetiaan yaitu kesetiaan dalam penentuan harga yang bervariasi serta kemauan membayar biaya lebih tinggi serta setia bila harga-harga naik.

3.3.2.                  Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas Pelanggan

Menurut Silalahi (2005) tiga aspek keterampilan atau kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuan teknis, kemampuan manusiawi, dan kemampuan konseptual. Dengan kemampuan manajerial pengurus yang baik, maka pengurus dapat memanajemen anggotanya supaya anggota tetap nyaman mengikuti koperasi dan nantinya akan terbentuk anggota yang loyal. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Siti Ana Rohana (2009) yang menyatakan bahwa kemampuan manajerial pengurus berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada koperasi Simpan Pinjam Utama Karya.

3.3.3.                  Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Loyalitas Pelanggan

Partisipasi Anggota berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan koperasi. Hal ini dibuktikan dengan teori Menurut Jochen Ropke (2003:53), yang menunjukkan bahwa pada partisipasi anggota terdapat alat partisipasi yaitu vote, voice, dan ketiga alat ini yang mempengaruhi kesetiaan anggota. Menurut Ninik Wijayanti (2007:200), indikator dari partisipasi anggota adalah sebagai berikut:


-        Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur.
-        Membantu modal koperasi di samping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
-        Menjadi langganan koperasi yang setia.
-        Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.

3.3.4.                  Pengaruh Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Partisipasi Anggota

Berdasarkan keterangan sebelumnya bahwa pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, selain itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirda Lestari Ningsih (2012), juga menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh terhadap partisipasi anggota koperasi. Selanjutnya partisipasi anggota juga berpengaruh terhadap loyalitas anggota, sesuai dengan teori Jochen Ropke bahwa partisipasi anggora akan menumbuhkan kesetiaan anggota terhadap koperasi yang diikuti.

3.3.5.                  Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Partisipasi Anggota

Menurut Jochen Ropke (2003:53), peningkatan jumlah anggota akan mengurangi keefektifan partisipasi karena semakin banyak sumber daya yang dipakai dalam pencapaian manfaat, selain itu tingkat profesional manajerial akan meningkat sejalan dengan ukuran koperasi. Jadi kemampuan manajerial pengurus akan mempengaruhi partisipasi anggota koperasi. Kemampuan manajerial juga berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Ana Rohana (2009) dengan judul penelitian pengaruh kemampuan manajerial pengurus, kualitas pelayanan koperasi, kepuasan anggota, dan tingkat kepercayaan anggota terhadap loyalitas pelanggan.
Gambar 3.1. Kerangka Berpikir

3.4.Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1.      Ada pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
2.      Ada pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
3.      Ada pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
4.      Ada pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota sebagai.
5.      Ada pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota.

4.      Metode Penelitian

4.1.Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif korelasi karena dalam penelitian ini menguji teori tentang hubungan atau pengaruh pelayanan dan kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan koperasi melalui partisipasi anggota.

4.2.Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1.                   Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Tehnika Bhakti” Paesan Utara Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan jumlah anggota sebanyak 147 orang.
4.2.2.                   Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata, metode yang digunakan dalam pemilihan responden yaitu dengan cara undian. Berdasarkan tabel Nomogram Herry King, dari jumlah populasi sebanyak 147 orang pengambilan sampel diambil dengan taraf kesalahan 5% yaitu sejumlah 105 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:






Tabel 4.1. Nomogram Herry King

4.3.Variabel Penelitian

4.3.1.    Variabel Terikat

Variable terikat dalam penelitian ini yaitu loyalitas pelanggan koperasi. Menurut Oliver (1997) bahwa definisi loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan produk atau pelayan yang terpilih secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

4.3.2.    Variabel Bebas

4.3.2.1.               Pelayanan
Menurut Fajar Laksana pada bukunya Manajemen Pemasaran (2008:85), pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Indiktor pelayanan yaitu kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan fisik.
4.3.2.2.            Kemampuan Manajerial Pengurus
Kemampuan manajerial pengurus koperasi merupakan kemampuan yang dimiliki pengurus dalam memanajemen dan mengelola koperasi. Menurut Silalahi (2005) tiga aspek keterampilan atau kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuan teknis, kemampuan manusiawi, dan kemampuan konseptual.

4.3.3.    Variabel Intervening

Variabel intervening dalam penenlitian ini yaitu partisipasi anggota. Menurut Ninik Wijayanti (2007:200), ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik dapat dirumuskan sebagai berikut:
-        Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur.
-        Membantu modal koperasi di samping simpanan pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
-        Menjadi langganan koperasi yang setia.
-        Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.

4.4.Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

4.4.1.                  Angket

Metode angket atau kuisioner digunakan untuk mengungkap data dari pelayanan, kemampuan manajerial pengurus, loyalitas pelanggan koperasi, dan partisipasi anggota. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner tertutup, dimana peneliti sudah menyediakan jawabannya dan resonden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan tanggapannya, menggunakan skala ordinal dengan lima pilihan jawaban. Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan oleh responden diberi skor dengan menggunakan skala Likert dalam bentuk checklist dengan rincian nilai sebagai berikut:
Sangat Setuju                    : 5
Setuju                                : 4
Ragu-ragu                         : 3
Kurang Setuju                   : 2
Tidak Setuju                      : 1

4.4.2.                  Dokumentasi

Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yaitu untuk mengumpulkan data hasil rapat pertanggungjawaban pengurus dan pengawas pada RAT. Dengan adanya laporan pertangungjawaban pengurus dan pengawas maka peneleliti dapat mengetahui masalah yang ada di koperasi tersebut. Metode dokumentasi digunakan hanya sebagai metode pelengkap.

4.4.3.                  Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara langsung dan lisan kepada pengurus koperasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data secara detail dan obyektif. Wawancara dilakukan untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi koperasi. Metode wawancara hanya digunakan sebagai metode pelengkap.

4.5.Validitas dan Reliabilitas

4.5.1.                  Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kevalidan dari butir-butir pertanyaan yang dibuat peneliti. Dengan menggunakan perhitungan SPSS, uji validitas dilihat dalam kolom correcteritem-total correlation yang merupakan nilai r hitung untuk masng-masing pertanyaan. Apabila r hitung berada di atas 0,05 maka butir pertanyaan yang diuji valid.

4.5.2.                  Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsisensi hasil pengukuran variabel. Dihitung menggunakan SPSS, suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai cronbach alpa lebih dari 0,70.

4.6.Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu:

4.6.1.                  Uji Asumsi Klasik

4.6.1.1.             Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji normalitas data adalah pengujian untuk mengetahui apakah data atau variabel yang dipakai terdistribusi secara normal. Ujinormalitas dihitung dengan menggunakaan SPSS, hasilnya apabila variabel yang dipakai terdistribusi secara normal, penelitian dapat dilanjutkan. Hasil dari perhitungan SPSS dapat dilihat pada tabel Kolmogorov Smirnov. Jika Sampel KS diatas 0,5 maka berditribusi normal berarti memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas terpenuhi kerika pencaran data residuak berada di sekitar garis lurus. Dengan nilai hasil test normalitas lebih dari 0,05 (p>0,05) bisa dikatakan normal.

4.6.1.2.            Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinieritas digunsakan untuk mengetahui hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna. Deteksi adanya multikolineritas adalah dengan melihat besaran Varience Inflation Factor (VIF) dan toleransi melalui SPSS dan koefisien antara variabel bebas. Data VIF dapat diketahuipada perhitungan SPSS pada tabel Coefficients. Jika VIF > 10 maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolineritas dengan variabel lainnya. Sehingga apabila dalam model regresi diperoleh nilai VIF < 10 dan toleransi diatas 0,1 maka dalam model tersebut tidak terjadi multikolinieritas.

4.6.1.3.             Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006:69) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut honoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah ada gejala heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik plot antara prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Deteksi terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot melalui bantuan SPSS antara prediksi variabel terikat dengan residualnya, dimana sumbu Y adalah Y yang presiksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu  yang teratur maka telah terjadi heteroskedastisitas, model yang bebas dari heterokedastisitas memiliki grafik scaterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Cara lainnya yaitu dengan melihat hasil heteroskedastisitas pada tabel Coefficients, jika t-statistik dari seluruh variabel penjelas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka model yang digunakan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

4.6.2.                  Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur digunakan untuk mencari jalur-jalur pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda. Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah di tetapkan sebelumnya berdasarkan teori, anak panah akan menunjukkan hubungan antar variabel. Prosedur dalam analisis jalur adalah sebagai berikut:
1.  Membuat Persamaan Struktural
Persamaan dalam model ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
Y1= b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y1 : Partisipasi Anggota
X1 : Pelayanan
X2 : Kemampuan Manajerial Pengurus
b1  : koefisien regresi Pelayanan
b2  : koefisien regresi Kemampuan Manajerial Pengurus
 e  : error
Y2 = b1X1 +b2X2+b3X3+e
Y2 : Loyalitas Pelanggan
X1 : Pelayanan
X2 : Kemampuan Manajerial Pengurus
X3 : Partisipasi Anggota
b1  : koefisien regresi Pelayanan
b2  : koefisien regresi Kemampuan Manajerial Pengurus
b3 : koefisien regresi Partisipasi Anggota
 e  : error
Analisis jalur dalam penelitian ini adalah kepuasan pelanggan. Analisis jalur akan membantu dalam melihat besarnya koefisien secara langsung dan tidak langsung dari variabel terikat terhadap variabel bebas, dengan memperhatikan besarnya koefisien maka bisa dibandingkan besarnya pengaruh secara langsung dan tidak langsung. Berdasarkan nilai koefisien tersebut, akan diketahui variabel mana yang memberikan pengaruh terbesar dan pengaruh terkecil terhadap variabel terikat. Berikut gambar model analisis jalur pada penelitian ini:
Gambar 4.1. Model Analisis Jalur
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis dalam analisis jalur ini menggunakan perhitungan SPSS. Dengan melihat tabel Coefficients pada kolom Sig. Jika nilai Sig lebih besar dari 0,05 maka ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan sebaliknya jika Sig lebih kecil dari 0,05 maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung
Analisis jalur merupakan metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung suatu variabel. Untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel, perhitungan menggunakan aplikasi SPSS. Pengaruh langsung dan tidak langsung dapat diketahui dengan melihat tabel coefficients pada nilai standardized coefficients beta dimana nilai yang ada pada kolom tersebut merupakan nilai pengaruh langsung dari suatu variabel yang diteliti, dan sisanya merupakan nilai dari pengaruh tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel intervening.
4.6.3.                  Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Koefisien determinasi parsial r2 digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau konribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas terhadap vatiabel terikat. Dengan menggunakan perhitungan SPSS, maka hasilnya dapat dilihat pada tabel Model Summary.






 

DAFTAR PUSTAKA


Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko.2002.Koperasi, Kewirausahaan, & Usaha Kecil.Jakarta: Rineka Cipta.
Anoraga. Pandji dan Ninik Widiyanti.2003.Dinamika Koperasi.Jakarta: Rineka Cipta.
Kartasapoetra, G dkk.2000.Praktek Pengelolaan Koperasi.Jakarta: Rineka Cipta.
Kottler, Philip dan Kevin Lane Keller.2006.Manajemen Pemasaran.Jakarta: Erlangga.
Laksana, Fajar. 2008.Manajemen Pemasaran.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi. Bandung: Salemba Empat.
Setyadharma, Andyan.2010.Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16.0.pdf
Sudarsono dan Edilius.2005.Koperasi dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta.

No comments:

Post a Comment