PENGARUH PELAYANAN DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP LOYALITAS
PELANGGAN KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) “TEHNIKA BHAKTI”
KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN MELALUI PARTISIPASI ANGGOTA
PROPOSAL
Disusun Oleh:
Widiyaningrum
NIM.7101412235
JURUSAN
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data Jumlah
Anggota dan Simpan Pinjam Anggota............................ 2
Tabel 2.3. Program Kerja
KPRI “Tehnika Bhanti”............................................... 3
Tabel 4.1. Nomogram Henry King........................................................................ 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kerangka
Berpikir............................................................................ 29
Gambar 4.4. Model Analisis
Jalur......................................................................... 34
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI
Kampus Sekaran
Gunungpati Gedung C6 Telp/Faks (024) 3562686 Semarang
PROPOSAL SRIPSI
Nama : Widiyaningrum
NIM : 7101412235
Jurusan :
Pendidikan Ekonomi
Prodi :
Pendidikan Koperasi, S1
1. Judul
“PENGARUH PELAYANAN DAN
KEMAMPUAN MANAJERIAL PENGURUS TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN KOPERASI PEGAWAI
REPUBLIK INDONESIA (KPRI) “TEHNIKA BHAKTI” PAESAN UTARA KEDUNGWUNI KABUPATEN
PEKALONGAN MELALUI PARTISIPASI ANGGOTA”
2. Pendahuluan
2.1.Latar
Belakang Masalah
Koperasi menurut Mohammad
Hatta merupakan usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong menolong. Menurut
UU 25 / 1967, koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan hukum dengan melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Hal yang penting dari koperasi yaitu koperasi merupakan organisasi perkumpulan
orang-orang ataupun badan hukum, dalam koperasi merupakan kepentingan bersama.
Koperasi melayani anggota dan masyarakat lingkungannya, para anggota akan
menghimpun kekuatan untuk mencapai tujuan. Tujuan koperasi adalah memenuhi
kebutuhan anggota dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat watak
sosialnya.
Saat ini, keberadaan
koperasi kurang diminati oleh masyarakat Indonesia. Dari data survey tahun
2014, banyak koperasi yang tidak aktif. Keberadaan pengurus dan anggota sangat
penting dalam orgaisasi koperasi, dan hal yang perlu diperhatikan yaitu loyalitas
pelanggan. Mendapatkan anggota yang loyal merupakan keinginan setiap organisasi
koperasi yang ingin sukses dalam jangka panjang. Akan tetapi untuk memperoleh
pelanggan atau anggota yang loyal bukan pekerjaan mudah. Loyalitas pelanggan
terlihat dari kesetiaan anggota koperasi dalam melaksanakan kegiatan
perkoperasian dan setia menjadi anggota koperasi. Berdasarkan survey
pendahuluan yang dilakukan peneliti, anggota KPRI “Tehnika Bhakti” selama tiga
tahun terakhir mengalami penurunan, dan dalam kegiatan simpan pinjam anggota di
koperasi tersebut juga mengalami penurunan. Berikut data penurunan jumlah
anggota dan simpan pinjam anggota:
Tabel 2.1.
Data Jumlah Angota dan Simpan Pinjam Anggota KPRI “Tehnika Bhakti”
Tahun
|
Jumlah Anggota
|
Jumlah Anggota
Yang Membayar Simpanan Wajib
|
Jumlah Anggota yang Melakukan Simpanan Sukarela
|
Jumlah Anggota yang Melakukan Pinjaman
|
2012
|
157
|
154
|
67
|
117
|
2013
|
153
|
149
|
63
|
108
|
2014
|
147
|
142
|
59
|
100
|
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan
Pengawas Tahun 2012-2014
Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahui bahwa terjadinya penurunan jumlah anggota. Selain itu jumlah
anggota yang melakukan simpan pinjam selama tiga tahun terakhir juga mengalami
penurunan. Jadi dapat diketahui bahwa loyaitas pelanggan di KPRI “Tehnika
Bhakti” menurun, dan juga partisipasi anggota di KPRI “Tehnika Bhakti” juga
mengalami penurunan.
Selain masalah loyalitas dan
partisipasi anggota, KPRI “Tehnika
Bhakti” juga mengalami masalah pada
pelayanan koperasi. Hal ini dapat diketahui dari wawancara yang dilakukan
peneliti. Berdasarkan wawancara peneliti tanggal 2 Mei 2015kepada 15 anggota
KPRI “Tehnika Bhakti”, sebagian besar menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan
kurang memuaskan.
Pelayanan yang diberikan
koperasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup koperasi, karena pelayanan
berhubungan langsung dengan anggota ataupun pelanggan. Selain pelayanan,
kemampuan manajerial pengurus juga sangat penting bagi keberlangsungan
koperasi. Kemampuan manajerial pengurus koperasi dalam manajemen koperasi akan
berpengaruh terhadap maju tidannya suatu koperasi. Secara normatif pengurus
dalam organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis. Rendahnya
kualitas pengurus koperasi disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
rendahnya kemampuann sebagai wirausaha dalam memanajemen koperasi.
Masalah kemampuan manjaerial pengurus pada KPRI “Tehnika Bhakti” yaitu
program kerja yang dilaksanakan masih sangat sederhana seperti rapat rutin,
melakani simpan pinjam, dan pembukuan. Seharusnya perlu kegiatan lain yang bisa
meningkatkan usaha koperasi dan kesetiaan anggotanya misalnya dengan melaksanakan
kegiatan pendidikan, pembinaan maupun pelatihan. Dilihat dari laporan pertanggungjawaban
pengurus dan pengawas KPRI “Tehnika Bhakti” tahun 2012-2014 terdapat saran
untuk meningkatkan kehati-hatian dalam memanajemen koperasi. Berikut data
program kerja KPRI “Tehnika Bhakti”:
Tabel 2.2. Program Kerja KPRI “Tehnika Bhakti”
Bidang
|
Kegiatan
|
Tahun
|
||
2012
|
2013
|
2014
|
||
Bidang Organisasi
|
1.
Rapat rutin pengurus
2.
Rapat dengan pengawas
3.
Rapat anggota tahunan
|
V
|
V
|
V
|
Budang Administrasi
|
1.
Pengerjaan buku-buku
2.
Melangkapi buku-buku yang diperlukan
|
V
|
V
|
V
|
Bidang Usaha
|
1.
Melayani kebutuhan anggota
2.
Menggiatkan anggota untuk menyimpan dan memanfaatkan uang
yang tersedia
|
V
|
V
|
V
|
Bidang Keuangan
|
1.
Mengerjakan pembukuan secara benar
|
V
|
V
|
V
|
Sumber:
Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas Tahun 2012-2014
Dalam hal ini kemampuan manajerial pengurus harus lebih ditingkatkan.
Kemampuan manajerial pengurus berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan koperasi
dan juga partisipasi anggota. Dengan kemampuan manajerial yang baik, maka
pengurus dapat mengatur atau menggerakkan anggotanya dengan baik juga dan loyalitas
pelanggan koperasi juga akan terjaga. Teori Jochen Ropke (2003:53) menunjukkan
bahwa kemampuan manajerial berpengaruh terhadap partisipasi anggota. Jochen
Ropke dalam bukunya “Ekonomi Koperasi” juga mengemukakan bahwa partisipasi
anggota koperasi juga akan berpengaruh terhadap kesetiaan anggota koperasi. Maka
dengan ditingkatnya partisipasi anggota koperasi, kesetiaan anggota koperasi
juga akan meningkat karena kedua aspek tersebut saling berpengaruh.
KPRI “Tehnika Bhakti” merupakan salah satu KPRI yang berada di kabupaten
Pekalongan. Berdasarkan data Disperindangkop kabupaten Pekalongan, KPRI
“Tehnika Bhakti” merupakan KPRI yang paling bermasalah dalam hal loyalitas
pelanggan koperasi. Masalah loyalitas pelanggan di KPRI “Tehnika Bhakti” dapat
dilihat dari menurunnya anggota koperasi dari tahun 2012-2014. Selain itu
partisipasi anggota di KPRI “Tehnika Bhakti” juga menurun, ditunjunjukkan oleh
penurunan anggota yang melakukan pembayaran simpanan dan melakukan pinjaman.
Maka dari itu koperasi harus meningkatkan pelayanan dan kemampuan manajerial
pengurus koperasi harus ditingkatkan. Tetapi pada KPRI “Tehnika Bhakti”
pelayanan kepada anggota kurang memuaskan, hal ini berdasarkan wawancara pada
15 anggota koperasi, dan juga kemampuan manajerial pengurus terlalu monoton
dimana setiap tahun program kerja pengurus selama tiga tahun selalu sama.
Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Pelayanan
dan Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas Pelanggan Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KPRI) “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Kabupaten Pekalongan
melalui Partisipasi Anggota”.
2.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka rumusan masalah yang dihasilkan sebagai berikut:
1.
Adakah pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI
“Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
2.
Adakah pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap
loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
3.
Adakah pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap
loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan?
4.
Adakah pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI
“Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota?
5.
Adakah pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas
pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi
anggota?
2.3.Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
yaitu:
- Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap
loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
- Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial
pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni
Pekalongan.
- Untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggota
koperasi terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni
Pekalongan.
- Untuk mengetahui pengaruh pelayanan terhadap
loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui
partisipasi anggota.?
- Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial
pengurus terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni
Pekalongan melalui partisipasi anggota?
2.4.Kegunaan
Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini
yaitu:
1.
Kegunaan Praktis
a.
Masukan kepada pengelola koperasi sebagai salah satu pedoman
untuk memperbaiki manajemen kopersi.
b.
Masukan kepada masyarakat untuk meningkatkan minat
berkoperasi dan masukan kepada pemerintah yang berperan dalam perkembangan
koperasi.
2.
Kegunaan Teoritis
a.
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengembangan kajian
disiplin ilmu ekonomi khususnya tentang koperasi.
3. Tinjauan
Pustaka
3.1.Landasan
Teori
3.1.1.
Loyalitas pelanggan Koperasi
3.1.1.1.
Definisi Loyalitas pelanggan Koperasi
Menurut Oliver (1997) bahwa
definisi loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen untuk bertahan secara
mendalam dengan produk atau pelayan yang terpilih secara konsisten di masa yang
akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Karakteristik pelanggan yang
loyal salah satunya yaitu melakukan pembelian secara teratur pada usaha
koperasi. Pelanggan akan setia menjadi pelanggan pada usaha koperasi yang
diikuti. Selain itu, jika anggota yang loyal akan selalu membayar simpanan
pokok, simpanan wajib, maupun simpanan sukarela karena anggota yang loyal akan
setia terhadap koperasi yang diikuti maupun produk yang dihasilkan oleh
koperasi tersebut.
Menurut Oliver (1997:392)
yang dimaksud dengan pelanggan yang loyal atau setia yaitu jika pelanggan
memiliki komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian
ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa yang terpilih secara
konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha
pemasaran mempunyai potensi unruk menyebabkan perubahan perilaku. Definisi
tersebut mengatakan bahwa pelanggan yang loyal mempunyai semacam ketertarikan
yang permanen dan menjadikan ketertarikan tersebut sebagai pilihannya. Sedangkan
menurut Griffin (1995:4) mengemukakan definisi lain yang lebih jelas mengenai
loyalitas pelanggan. Konsep loyalitas mengarah pada perilaku (behaviour) dari pada sikap (attitude) dan seorang pelanggan yang
loyal akan memperlihatkan perilaku pembelian yang dapat diartikan sebagai pola
pembelian yang teratur dan dalam waktu yang lama, yang dilakukan oleh
untit-unit pembuat atau pengambil keputusan.
3.1.1.2.
Pentingnya Loyaltias Pelanggan Koperasi
Kottler, Keller mengemukakan
bahwa satu-satunya nilai yang dapat diciptakan perusahaan adalah nilai yang
berasal dari pelanggan. Nilai yang berasal dari pelanggan merupakan nilai yang
dimili saat ini dan nilai yang akan dimiliki di masa depan. Suatu usaha
dikatakan sukses jika berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan.
Pelanggan merupakan satu-satunya alasan perusahaan membangun pabrik,
mempekerjakan karyawan, menjadwalkan rapat, membuat jalur serat optik, atau
melibatkan diri dalam aktifitas bisnis apapun. Tanpa pelanggan, maka usaha
tidak akan berjalan. Begitupun dengan sistem koperasi. Koperasi tidak akan
jalan tanpa adanya anggota, karena tujuan dari koperasu adalah mensejahterakan
oleh anggotanya. Koperasi merupakan organisasi oleh, dari, dan untuk anggota.
Jadi keberadaan anggota merupakan salah satu faktor utama yang
menentukankeberlanjutan koperasi. Maka dari itu, loyalitas pelanggan sangat
penting bagi keberlanjutan koperasi.
Loyalitas (kesetiaan) pada
koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Sesuai dengan teori Jochen Ropke
(2003:57), voice, vote, exit merupakan tiga alat utama yang dapat digunakan
para anggota koperasi untuk mencapai pengambilan keputusan dalam perusahaan
koperasi yang merefleksikan permintaan mereka. Voice merupakan pendapat anggota, vote merupakan pengaruh yang diberikan anggota, dan exit merupakan pengaruh yang diberikan
anggota dengan cara mengancam keluar ataupun mengurangi kegiatannya. Dalam
koperasi, terdapat satu mekanisme penting atau solusi atas terlalu mudahnya exit, yaitu kesetiaan anggota. Voice akan meningkatkan sejalan dengan
kesetiaan anggota pada koperasi. Kesetiaan dapat meningkatkan voice dan vote.
Indikator loyalitas
pelanggan menurut Fajar Laksana (2008:189), yaitu:
a.
Word of mouth communications
Konsumen yang loyal akan
mengatakan hal-hal yang baik terhadap pelayanan yang diberikan. Dalam menilai
indikator ini dapat diukur dengan melihat konsumen selalu mengatakan hal-hal
baik tentang pelayanan kepada orang lain, konsumen merekomendasikan pelayanan
kepada konsumen lainnya, konsumen memberi dorongan kepada sahabat dan saudara
untuk mendatangi perusahaan jasa.
b.
Purchase intentions
Loyalitas pelanggan dapat
dilihat dari konsumen menempatkan perusahaan di tempat pertama. Indikator ini
dapat diukur dengan melihat komsumen selalu menempatkan pilihan pertama kepada
perusahaan jasa, konsumen akan selalu menggunakan perusahaan jasa ini pada
tahun berikutnya, konsumen akan mengurangi kunjungan ke perusahaan jasa lain.
c.
Price sensitivity
Harga merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi pembelian konsumen. Konsumen akan mempertinmbangkan harga
dalam keputusan pembeliaan. Pengukuran price sensitivity dapat dilihat dari
konsumen akan pindah kepada perusahaan jasa yang menawarkan harga lebih
menarik, konsumen akan mendatangi perusahaan jasa lainnya yang menawarkan
harga/tarif yang lebih menarik, konsumen akan membayar harga/tarif yang lebih
mahal dibandingkan dengan tarif/harga perusahaan jasa lainnya selama perusahaan
jasa ini dapat memberikan manfaat yang lebih baik.
d.
Compalining behaviour
Dalam hal ini, loyalitas
pelanggan dapat diukur dengan melihat konsumen akan beralih ke perusahaan jasa
lain jika mengalami masalah dengan pelayanan, konsumen akan memberitahukan
kepada konsumen lainnya jika terdapat masalah, konsumen akan mengasukan kepada
lembaga lannya jika terjadi masalah dengan perusahaan ini.
Menurut Sunarto (2006),
faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan yairu:
1.
Kepuasan pelanggan
2.
Pelayanan
3.
Keunggulan bersaing
3.1.1.3.
Membangun Loyalitas Pelanggan
Menciptakan hubungan yang
kuat dengan pelanggan atau dalam masalah ini menciptakan hubungan yang kuat
dengan para anggota koperasi merupakan mimpi bagi semua organisasi koperasi dan
hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam jangka panjang. Menurut Kootler
Keller, dalam membangun loyalitas pelanggan perlu melakukan kegiatan penting
yaitu: (1). Berinteraksi dengan pelanggan, (2). Mengembangkan program
loyalitas, (3). Mempersonalsasikan pemasar, (4). Menciptakan ikatan
institusional, dan (5). Memenangkan kembali.
Dari beberapa defini dan
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa loyalitas pelanggan merupakan
perilaku konsumen yang setia dalam melakukan pembelian pada suatu produk. Jadi loyalitas
pelanggan koperasi yaitu perilaku anggota dalam melakukan pembelian produk di
koperasi, dan di KPRI “Tehnika Bhakti” usaha yang dilakukan yaitu jasa simpan
pinjam. Loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” diukur dari perilaku anggota
dalam melakukan simpan pinjam.
3.1.2.
Pelayanan
3.1.2.1.
Pengertian Pelayanan
Menurut Fajar
Laksana pada bukunya Manajemen Pemasaran (2008:85), pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Dengan kata lain, pelayanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak
pemasara atau penjual kepada pihak pembeli atau konsumen untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Jasa yang diberikan yaitu tidak berwujud seperti produk
fisik, jada dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
Komponen
pelayanan dalam bisnis tidak dapat dipisahkan baik bagi perusahaan dagang maupun
jasa. Bagi perusahaan jasa, pelayanan merupakan produk yang berdiri sendiri,
tetapi pada perusahaan dagang pelayanan merupakan produk yang melekat pada
produk utamanya.
3.1.2.2.
Indikator Pelayanan
Menurut Fajar
Laksana (2008:187-189), dimensi atau indikator dari pelayanan yaitu :
a.
Kehandalan
(Reliability)
Kehandalan yang dimaksud
merupakan kehandalan dalam melakukan pelayanan. Kehandalan dapat diukur dari
ketepatan waktu pelayanan, pelayanan simpatik, pelayanan diandalkan, pelayanan
sesuai dengan waktu yang dijanjikan, keakuratan laporan, perhitungan biaya yang
akurat, dan data dapat diperiksa dan diteliti.
b.
Daya Tanggap (Responsiveness)
Daya tanggap dalam pelayanan
merupakan daya tanggap dalam menangani masalah dan keinginan pelanggan. Untuk
mengukur daya tanggap pelayanan yaitu dengan mengukur pelayanan dalam
menanggapi setiap keinginan pelanggan dengan tepat waktu.
c.
Jaminan (Assurance)
Jaminan dalam pelayanan yaitu
kemampuan yang diberikan untuk menjamin keinginan dan kepuasan pelanggan.
Pengukuran jaminan pelayanan dengan melihat kepercayaan, keyakinan, dan
kejujuran pelayanan, pengetahuan dan keterampilan pegawai, menghargai dan
selalu menjaga kesopanan, pelayanan ramah, pelayanan aman dan membebaskan dari
segala resiko atau keragu-raguan.
d.
Empati (Empathy)
Empati dalam pelayanan yaitu
berhubungan dengan komunikasi pegawai pelayanan dengan pelanggan. Empati dapat
diukur dari pelayanan yang diberikan memenuhi keinginan pelanggan, pelayanan
mudah dihubungi, komunikasi dalam pelayanan, manajemen mendengarkan pendapat
pelanggan, manajemen mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan.
e.
Fisik (Tangibles)
Maksud dari fisik dalam
pelayanan yaitu alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan dalam pelayanan.
Pengukuran fisik dalam pelayanan yaitu dengan melihat perlengkapan dan
peralatan, fasilitas fisik, penampilan pegawai, dan fasilitas fisik yang
representatif.
3.1.3.
Kemampuan Manajerial Pengurus
3.1.3.1
Definisi Kemampuan Manajerial
Pengurus yaitu para anggota
yang terpilih dalam rapat anggota, mendapatkan kepercayaan untu memimpin koperasi
dalam satu kurun waktu kepengurusan (Kartasapoetra, 2003). Sedangkan menurut
Sitio dan Tamba (2001) pengurus adalah perwakilan anggota koperasi yang dipilih
melalui rapat anggota yang bertugas mengeola organisasi dan usaha. Jadi
penguruslah yang akan menentukan apakah program-program kerja yang telah
disepakati dalam rapat anggota benar-benar dapat dijalankan dengan baik. Dan
pengurus pula yang akan membawa koperasi mencapai tujuan yang telah disepakati
bersam.
Kemampuan manajerial
pengurus koperasi berhubungan dengan sumber daya manusia pengurus koperasi.
Kemampuan manajerial pengurus koperasi merupakan kemampuan yang dimiliki
pengurus dalam memanajemen dan mengelola koperasi. Menurut Marbun dalam Alma
(2004), Pengelola koperasi baik itu pengurus ataupun manajer sebaiknya memiliki
sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang wirausaha sebagai berikut ; 1)
Percaya diri, 2) Berorientasikan tugas dan hasil, 3) Pengambil resiko, 4)
Kepemimpinan, 5) Keorsinilan, 6) Berorientasi ke masa depan.
3.1.3.2
Pentingnya Kemampuan Manajerial
Kompetensi sumber daya
manusia seluruh unsur penggerak koperasi, baik itu anggota, pengurus, maupun
pengawas harus selalu digali, diasah, dan dikembangkan sehingga muncul
pemikiran-pemikiran yang kreatif dan inovatif dalam pengembangan koperasi.
Widarmanto (2008), Kompetensi yang harus dimiliki oleh para anggota, pengurus,
dan penggerak koperasi meliputi kompetensi kelembagaan, kompetensi pengembangan
usaha dan menejerial, kompetensi penguasaan iptek, kompetensi membangun
networking, kompetensi pengembangan program penciptaan keunggulan persaingan
usaha, kompetensi optimalisasi pelayanan, dan kompetensi dalam membangun etos
kerja.
Kemampuan manajerial
merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap partisipasi. Menurut
Jochen Ropke (2003:53), kualitas partisipasi tergantung pada interaksi dari
ketiga variabel berikut: (1). Anggota atau penerima manfaat, (2). Manajemen,
(3). Program. Kesesuaian antara anggota dan organisasi saling berkaitan.
Anggota harus mampu dan mau mengartikulasikan kebutuhan mereka dalam keputusan
organisasi.
Dalam mengembangkan
kompetensi manajerial, setiap unsur penggerak koperasi baik itu pengurus dan
anggota harus memiliki kompetensi pengembangan usaha dan menejerial sehingga
mampu mengembangkan usaha yang luwes sesuai dengan kepentingan seluruh anggota
sekaligus mampu mengembangkan modal yang dipunyainya. Untuk itu para penggerak
koperasi harus mampu memiliki kemampuan manejerial baik manajerial yang berkait
dengan pengembangan usaha dan organisasi maupun yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan.
3.1.3.3
Kemampuan Manajerial
Dalam berwirausaha dituntut
memiliki ketrampilan dan kemampuan manajerial. Keterampilan manajerial (Daft, 2003) adalah keterampilan menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yang meliputi antara lain: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), dan pengendalian
(controlling). Sedangkan kemempuan manajerial meliputi: kemampuan teknis,
kemampuan personal dan kemampuan emosional. Mengingat peran dan fungsi seorang
manajer dalam aspek memproduksi, menerapkan, memperbaharui, dan sistem
mengintegrasi maka harus dituntut memiliki ketrampilan yang bersifat: (1) Keterampilan
konseptual, (2) Keterampilan hubungan antar manusia, (3) Keterampilan teknis
Bedarnya komposisi dari ketiganya
yang harus dimiliki sangat tergantung pada tingaktan manajerial. Semakin tinggi
level manajerialnya, maka semakin besar dibutuhkan keterampilan konseptualnya
dan semakin kecil dibutuhkan keterampilan teknisnya.
Menurut Silalahi (2005) tiga
aspek keterampilan atau kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin
adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan Teknik (Technical
Skill)
Keterampilan teknil adalah
kemampuan yang berhubungan erat dengan penggunaan alat-alat, produser-produser,
metode-metode dan teknik-teknik dalam suatu aktivitas manusia dengan benar dan
tepat. Keterampilan ini secara nyata sering didapat dalam institusi-institusi
pendidikan dan program-program pelatihan on the job, misalnya kursus akuntansi,
statistik, matematika, dan lain-lain.
2.
Keterampilan Manusiawi (Human
Skill)
Keterampilan manusiawi atau
keterampilan hubungan manusia adalah kemampuan untuk menciptakan dan membina
hubungan baik, memahami dan mendorong orang lain, baik secara individual maupun
secara kelompok sehingga mereka bekerja keras lebih produktif dan merasa puas.
Keterampilan manusia menunjukan pada kemampuan memimpin, memanajemen konflik,
dan juga kemampuan untuk menciptakan, membina dan mengembangkan hubungan
kerjasama yang produktif dengan orang lain.
3.
Keterampilan Konseptual (Conceptual
Skill)
Keterampilan konseptual
adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasi dan memandu semua kepentingan dan
kegiatan organisasi. Keterampilan konseptual meliputi kemampuan untuk melihat
masalah-masalah organisasional dengan bagian-bagiannya dalam hubungannya dengan
gambaran keselruhannya sebagai suatu kesatuan yang terkait, tergantung, dan
saling mempengaruhi satu sama lain.
Kemampuan manajerial harus
dimiliki oleh pengurus karena pengurus mempunyai tugas dan tanggungjawab yang
besar di salam menjalankan usaha atau organisasi suatu koiperasi.karena posisi
pengurus merupakan manajemen tingkat atas. Jadi kompetensi manajerial itu harus
dimiliki dan mengimlementasikan secara komprehensif dan simultan oleh pengurus
sebagai strategik di dalam menghadapi segala hambatan ataupun ancaman yang ada
serta dapat mengambil peluang yang tercipta.
Menurut Panji
Anoraga dan Ninik Widiyanti (2003), manajemen yang baik adalah faktor yang
paling penting untuk suksesnya koperasi. Dalam menerapkan manajemen, pengurus
mempunyai tanggung hawab untuk menrumuskan kebijaksanaan, menyetujui
tangungjawab untuk merumuskan kebijaksanaan, menyetujui rencana dan program,
melimpahkan wewenang kepada manajer terkecuali bida dalam Hak Badan Hukum dan
Anggaran Dasar Koperasi tertera untuk melimpahkan kepada para anggota. Pengurus
mengakui tanggung jawabnya dan keperluannya untuk merumuskan kebijakan,
menyetujui rencana dan program, melimpahkan wewenang kepada manajer, untuk
melaksanakan dan mengembangkan program dan kebijakan manajer, antara lain akan
mempunyai wewenang untuk mempekerjakan personil yang cakap sesuai dengan
rencana dan kebijakan penggajian dan pengupahan yang telah disetujui,
selanjutnya juga memiliki wewenang untuk menetapkan jadwal, mendidik,
mengawasi, dan jika perlu mengganti mereka.
G.
Kartasapoetra (2000:41), mengemukakan
saat sekarang ini, banyak anggota masyarakat yang belum atau tidak
tertarik untuk bergang dalam koperasi sehingga tidak sedikit koperasi yang
angotanya sangat kecil, padahal banyaknya anggota sangat diperlukan bagi suatu
koperasi mengingat koperasi merupakan perkumpuan orang-orang yang mengakui
adanya kebutuhan tertentu yang sama di kalangan mereka, jangkauan usaha
koperasi terutama meningkatkan kesejahteraan hidup para anggotanya, para
anggota masyarakat yang kondisi hidupnya lemah dan lingkungan hidup yang masih
serba kumbuh. Jadi dala organisasi koperasi terdapat misi yang suci,
mensejahterakan masyarakat, para anggota masyarakat yang banyak. Dengan
sedikitnya anggota masyarakat yang bergabung, dengan sendirinya misi yang suci
itu tidak dapat terlaksana sepenuhnya. Percayalah bahwa karena misi suci yang
dikandungnya itu suatu saat kopersi akan menjadi tulang punggung usaha ekonomu
masyarakat di segala pelosok tanah air, sebagian terbesar anggota masyarakat
tingkat kehidupannya masoh lemah, dan sebagian terbesar anggota masyarakt masih
mementingkan kegotong-royongan dalam memadu kehidupannya, hal-hal inilah yang
menjadikan koperasi sangat dibutuhka
mereka dan menjadikannya sebagai tulang punggung usaha ekonominya.
Menurut G.
Kartasapoetra (2000:42), hal-hal yang menyebabkan masih sedikitnya masyarakat
yang bergabung dalam koperasi yaitu:
- Para pengurus koperasi
tidak melakukan kampanye untuk menarik anggota lebih banyak dari para anggota
masyarakat, padahal diketahui sebagian terbesar dari mereka tingkat
kehidupannya lemah.
- Ada kalanya para anggota
pendiri koperasi terdiri dari orang-orang yang mepunyai kepentingan usaha
pribadi.
- Tidak adanya perhatian
penguruh kepada anggota.
- Mekanisme untuk masuk
menjadi anggota koperasi tidak diketahui atau tidak digunakan pengurus
koperasi, terbukti dari tidak tersedianya formulir keanggotaan dan
kurang/tidak diperhatikan tersedianya buku-uku Anggaran Dasar.
- Secara praktis tidak ada
pendidikan keanggotaan sehingga para anggota tidak/kurang mengertia akan
sifat-sifat maupun tata kerja koperasi.
- Tidak sedikit koperasi
yang belum melakukan aktifitas penyuluhan kepada para anggota masyarakat,
sehingga anggota masyarakat yang banyak tidak mengetahui manfaat
berkoperasi, tidak mengetahui tugas fungsi koperasi sebagai alat usaha
ekonomi bagi para anggota masyarakat yang lemah ekonominya.
- Tidak sedikit koperasi
yang mengalami kegagalan dalam usahanya, jatuh dan bubar, hal seperti ini
menjadikan para anggota masyarakat tidak tertarik untuk bergabung dalam
koperasi atau kepercayaan mereka terhadap koperasi menjadi luntur.
3.1.4.
Partisipasi Anggota
3.1.4.1.
Definisi Partisipasi Anggota
Partisipasi
sangat penting bagi keberlanjutan koperasi. Banyak koperasi dengan tingkat partisipasi
anggota rendah, namun beberapa di antaranya tetap dapat memberikan manfaat yang
memuaskan bagi para anggotanya. Tetapi dengan partisipasi angota kemungkinan
menurunnya efektif dan efisien anggota alam rangka pencapaian kinerja akan
lebih besar. Partisipasi anggota dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kinerja
yang buruk seperti penyimpangan. Menurut Jochen Ropke (2003:39), melibatkan
partisipasi dalam pengambilan keputusan dan tindakan sebagai suatu tujuan
pengembangan ataupun sebagai tujuan akhir itu sendiri, memiliki manfaat yang
besar. Akan tetapi, penjelasan mengenai kinerja koperasi komparatif di sini
lebih menekankan peran penting partisipasi dalam mencapai keberhasilan koperasi
sesuai dengan kepentingan anggota. Terdapat alasan yang mendasar mengapa
partispasi merupakan syarat yang penting bagi bagi kinerja komparatif, yaitu
manajemen koperasi tidak dapat diasumsikan memiliki informasi yang diperlukan
setiap saat. Sebaliknya, informasi harus dicari. Mekanisme untuk menemukan
informasu, yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang akan diberikan
oleh koperasi bagi kepentingan / kebutuhan anggotanya merupakan proses
partisipasi juga,
Menurut Jochen
(2003:40), partisipasi pada hakikatnya tidak membuat koperasi berbeda dari
organisasi yang tidak memiliki sifat/kinerja identitas. Jika suatu perusahaan
menjual jasanya di pasar terbuka, maka perusahaan tersebut juga membutuhkan
umpan balik dari pelanggan agar dapat bersaing dan berhasil. Begitu juga dengan
koperasi. Koperasi membutuhkan partisipasi anggota demi keberhasilan koperasi.
Ukuran suatu
koperasi akan mempengaruhi manajemen di dalamnya. Peningkatan jumlah anggota
akan mengurangi keefektifan partisipasi karena semakin banyak sumber daya yang
dipakai dalam pencapaian manfaat, selain itu tingkat profesional manajerial
akan meningkat sejalan dengan ukuran koperasi. Hal ini akan menyulitkan dan
membutuhkan banyak biaya bagi anggota untuk bepartisipasi. Maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi anggota akan berkurang sejalan dengan
meningkatnya ukuran keanggotaan karena itu dapat diharapkan terjadinya
peningkatan dalam hal manjaemen, semakin bersar koperasi akan semakin berkuasa
dan berpengaruh pada manajemen. Koperasi yang besar akan cenderung lebih
dikuasai oleh manajemen.
Menurut
Jochen Ropke (2003:53), partisipasi merupakan suatu alat, dan partisipasi
dijelaskan dalam tiga aspek sebagai berikut:
a.
Anggota berpartisipasi dalam memberikan
kontribusi atau menggerakkan sumber-sumber dayanya,
b.
Anggota berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan (perencanaan, implementasi / pelaksanaan dan evaluasi).
c.
Anggota berpartisipasi atau berbagi keuntungan.
Kualitas partisipasi tergantung
pada interaksi dari ketiga variabel berikut: anggota atau penerima manfaat,
manajemen, program.
3.1.4.2.
Alat partisipasi
Menurut
Jochen Ropke (2003:53), alat utama yang digunakan para anggota koperasi untuk
mencapai pengambilan keputusan dalam perusahaan koperasi yang merefleksikan
permintaan mereka adalah voice, vote,
exit. Dengan voice, anggota
koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan cara bertanya, memberi atau
mencari informasi, maupun dengan mengajukan ketidaksepakatan dan kritik. Vote digunakan anggota untuk
mempengaruhi siapa yang akan dipilih menjadi manajer maupun anggota Badan
Pengawas dan pengurus lainnya. Dengan exit,
anggota dapat mempengaruhi manajemen dnegan cara meninggalkan koperasi
(misalnya dengan membeli input lebih sedikit dari koperasi dan membeli lebih
banyak dari pesaing), atau dengan cara mengancam keluar dari keanggotaan
koperasi, maupun mengurang kegiatan mereka. Dalam koperasi, terdapat satu
mekanisme penting atau solusi atas terlalu mudahnya exit, yaitu kesetiaan anggota. Voice
akan meningkat sejalan dengan kesetian anggota pada koperasi. Kesetiaan dapat
mengaktifan voice dan vote. Akan tetapi, terdapat batas-batas
bagi efektivitas dalam mengaktifan voice/vote
melalui kesetiaan.
Menurut Ninik Wijayanti
(2007:199), partisipasi anggota diukur dari kesediaan anggota itu untuk memikul
kewajiban dan menjalankan hak keanggotaan secara bertanggung jawab. Jika
sebagian besar anggota koperasi sudah menunaikan kewajiban dan melaksanakan hak
secara bertanggung jawab, maka partisipasi anggota Koperasi yang bersangkutan
sudah dikatakan baik. Akan tetapi jika ternyata hanya sedikit yang demikian,
maka partisipasi anggota koperasi dimaksud dikatakan buruk atau rendah.
Hasibuan
dalam Ninik Wijayanti (2007:200), menyatakan bahwa pada saat koperasi
didirikan, sukar untuk memperoleh jumlah anggota yang mencukupi. Karena itu
setiap anggota masyarakat yang ingin menjadi anggota pada saat itu harus
diterima dan tidak ada kemungkinan untuk mengadakan seleksi. Persyaratan
anggota yang diterima waktu itu sudah cukup apabila sudah dimiliki usaha,
usahanya berkaitan erat dengan usaha koperasi, dan bertempat tinggal di
lingkungan wilayah kerja koperasi yang bersangkutan. Tetnang kemampuan untuk
memikul kewajiban dan keberanian untuk menjalankan hak belum bisa dijadikan
persyaratan..
Menurut Ninik
Wijayanti (2007:200), ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
secara tertib dan teratur.
b.
Membantu modal koperasi di samping simpanan
pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c.
Menjadi langganan koperasi yang setia.
d.
Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.
e.
Menggunakan hak unutk mengawasi jalannya usaha
koperasi, menurut anggaran dasar dan rumah tangga, peraturan-peraturan lainnya
dan keputusan-keputusan bersama lainnya.
3.2.Penelitian
Terdahulu
No
|
Nama
Peneliti
|
Judul
|
Kesimpulan
|
1.
|
Siti
Ana Rohana (2009)
|
Pengaruh
kemampuan manajerial pengurus, kualitas pelayanan koperasi, kepuasan anggota,
dan tingkat kepercayaan anggota terhadap loyalitas pelanggan pada Koperasi
Simpan Pinjam Utama Karya
|
Terdapat
pengaruh signifikan antara kemampuan manajerial pengurus, kualitas pelayanan
koperasi, kepuasan anggota, dan tingkat kepercayaan anggota terhadap
loyalitas pelanggan pada Koperasi Simpan Pinjam Utama Karya
|
2.
|
Wirda
Lestari Ningsih (2012)
|
Pengaruh
pelayanan Koperasi Terhadap Partisipasi Anggota Koperasi Bumi Melayu, Pekan Baru
|
Pelayanan
berpengaruh terhadap partisipasi anggota
|
3.
|
Edi
Rusandi (2013)
|
Pengaruh
Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Anggota Koperasi Karyawan Omedata di
PT. Omedata Electronics Bandung
|
Terdapat
pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas anggota koperasi karyawan
Omedata
|
3.3.Kerangka
Pemikiran
3.3.1.
Pengaruh Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Menurut
Zeithaml dalam Fajar Laksana (2008:101) menjelaskan bahwa kualitas pelayanan
memiliki hubungan erat dengan loyalitas. Zeithaml melaporkan hubungan positif
antara mutu pelayanan dan dimensi kesetiaan yaitu kesetiaan dalam penentuan
harga yang bervariasi serta kemauan membayar biaya lebih tinggi serta setia
bila harga-harga naik.
3.3.2.
Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap
Loyalitas Pelanggan
Menurut Silalahi (2005) tiga
aspek keterampilan atau kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin
adalah kemampuan teknis, kemampuan manusiawi, dan kemampuan konseptual. Dengan
kemampuan manajerial pengurus yang baik, maka pengurus dapat memanajemen
anggotanya supaya anggota tetap nyaman mengikuti koperasi dan nantinya akan
terbentuk anggota yang loyal. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
Siti Ana Rohana (2009) yang menyatakan bahwa kemampuan manajerial pengurus
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan pada koperasi Simpan Pinjam Utama
Karya.
3.3.3.
Pengaruh Partisipasi Anggota Terhadap Loyalitas
Pelanggan
Partisipasi
Anggota berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan koperasi. Hal ini dibuktikan
dengan teori Menurut Jochen Ropke (2003:53), yang menunjukkan bahwa pada
partisipasi anggota terdapat alat partisipasi yaitu vote, voice, dan ketiga
alat ini yang mempengaruhi kesetiaan anggota. Menurut Ninik Wijayanti
(2007:200), indikator dari partisipasi anggota adalah sebagai berikut:
-
Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
secara tertib dan teratur.
-
Membantu modal koperasi di samping simpanan
pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
-
Menjadi langganan koperasi yang setia.
-
Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara
aktif.
3.3.4.
Pengaruh Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui
Partisipasi Anggota
Berdasarkan
keterangan sebelumnya bahwa pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan,
selain itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirda Lestari Ningsih
(2012), juga menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh terhadap partisipasi
anggota koperasi. Selanjutnya partisipasi anggota juga berpengaruh terhadap
loyalitas anggota, sesuai dengan teori Jochen Ropke bahwa partisipasi anggora
akan menumbuhkan kesetiaan anggota terhadap koperasi yang diikuti.
3.3.5.
Pengaruh Kemampuan Manajerial Pengurus Terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Partisipasi Anggota
Menurut Jochen
Ropke (2003:53), peningkatan jumlah anggota akan mengurangi keefektifan
partisipasi karena semakin banyak sumber daya yang dipakai dalam pencapaian
manfaat, selain itu tingkat profesional manajerial akan meningkat sejalan
dengan ukuran koperasi. Jadi kemampuan manajerial pengurus akan mempengaruhi
partisipasi anggota koperasi. Kemampuan manajerial juga berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh Siti Ana Rohana
(2009) dengan judul penelitian pengaruh kemampuan manajerial pengurus, kualitas
pelayanan koperasi, kepuasan anggota, dan tingkat kepercayaan anggota terhadap
loyalitas pelanggan.
Gambar 3.1.
Kerangka Berpikir
3.4.Hipotesis
Hipotesis dari penelitian
ini yaitu:
1.
Ada pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI
“Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
2.
Ada pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas
pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
3.
Ada pengaruh partisipasi anggota koperasi terhadap loyalitas
pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan.
4.
Ada pengaruh pelayanan terhadap loyalitas pelanggan KPRI “Tehnika
Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi anggota sebagai.
5.
Ada pengaruh kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas
pelanggan KPRI “Tehnika Bhakti” Kedungwuni Pekalongan melalui partisipasi
anggota.
4. Metode
Penelitian
4.1.Jenis
dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuantitatif korelasi
karena dalam penelitian ini menguji teori tentang hubungan atau pengaruh pelayanan
dan kemampuan manajerial pengurus terhadap loyalitas pelanggan koperasi melalui
partisipasi anggota.
4.2.Populasi
dan Sampel Penelitian
4.2.1.
Populasi
Penelitian
Populasi dari
penelitian ini yaitu seluruh anggota Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
“Tehnika Bhakti” Paesan Utara Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan jumlah
anggota sebanyak 147 orang.
4.2.2.
Sampel
Penelitian
Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata, metode yang digunakan dalam
pemilihan responden yaitu dengan cara undian. Berdasarkan tabel Nomogram Herry King, dari jumlah
populasi sebanyak 147 orang pengambilan sampel diambil dengan taraf kesalahan
5% yaitu sejumlah 105 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:
Tabel 4.1. Nomogram Herry King
4.3.Variabel
Penelitian
4.3.1.
Variabel Terikat
Variable
terikat dalam penelitian ini yaitu loyalitas pelanggan koperasi. Menurut Oliver
(1997) bahwa definisi loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen untuk bertahan
secara mendalam dengan produk atau pelayan yang terpilih secara konsisten di
masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
4.3.2.
Variabel Bebas
4.3.2.1.
Pelayanan
Menurut Fajar
Laksana pada bukunya Manajemen Pemasaran (2008:85), pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Indiktor pelayanan yaitu kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan fisik.
4.3.2.2.
Kemampuan Manajerial Pengurus
Kemampuan manajerial
pengurus koperasi merupakan kemampuan yang dimiliki pengurus dalam memanajemen
dan mengelola koperasi. Menurut Silalahi (2005) tiga aspek keterampilan atau
kemampuan manajemen yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah kemampuan teknis,
kemampuan manusiawi, dan kemampuan konseptual.
4.3.3.
Variabel Intervening
Variabel
intervening dalam penenlitian ini yaitu partisipasi anggota. Menurut Ninik
Wijayanti (2007:200), ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
-
Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib
secara tertib dan teratur.
-
Membantu modal koperasi di samping simpanan
pokok dan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.
-
Menjadi langganan koperasi yang setia.
-
Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara
aktif.
4.4.Metode
dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yaitu suatu cara yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data yang
dibutuhkan untuk diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
4.4.1.
Angket
Metode angket atau kuisioner
digunakan untuk mengungkap data dari pelayanan, kemampuan manajerial pengurus,
loyalitas pelanggan koperasi, dan partisipasi anggota. Jenis kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner tertutup, dimana peneliti sudah
menyediakan jawabannya dan resonden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan
tanggapannya, menggunakan skala ordinal dengan lima pilihan jawaban. Dalam
penelitian ini jawaban yang diberikan oleh responden diberi skor dengan
menggunakan skala Likert dalam bentuk
checklist dengan rincian nilai
sebagai berikut:
Sangat Setuju :
5
Setuju :
4
Ragu-ragu :
3
Kurang Setuju :
2
Tidak Setuju :
1
4.4.2.
Dokumentasi
Pengumpulan
data menggunakan metode dokumentasi yaitu untuk mengumpulkan data hasil rapat
pertanggungjawaban pengurus dan pengawas pada RAT. Dengan adanya laporan
pertangungjawaban pengurus dan pengawas maka peneleliti dapat mengetahui
masalah yang ada di koperasi tersebut. Metode dokumentasi digunakan hanya sebagai
metode pelengkap.
4.4.3.
Wawancara
Dalam penelitian
ini, wawancara dilakukan secara langsung dan lisan kepada pengurus koperasi.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data secara detail dan obyektif. Wawancara
dilakukan untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapi koperasi. Metode
wawancara hanya digunakan sebagai metode pelengkap.
4.5.Validitas
dan Reliabilitas
4.5.1.
Validitas
Uji validitas
dilakukan untuk mengetahui kevalidan dari butir-butir pertanyaan yang dibuat
peneliti. Dengan menggunakan perhitungan SPSS,
uji validitas dilihat dalam kolom correcteritem-total
correlation yang merupakan nilai r hitung untuk masng-masing pertanyaan.
Apabila r hitung berada di atas 0,05 maka butir pertanyaan yang diuji valid.
4.5.2.
Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan
untuk mengetahui konsisensi hasil pengukuran variabel. Dihitung menggunakan SPSS, suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila memiliki nilai cronbach alpa lebih dari 0,70.
4.6.Metode
Analisis Data
Metode analisis
data dalam penelitian ini yaitu:
4.6.1.
Uji Asumsi Klasik
4.6.1.1.
Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan
untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian
tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. Uji
normalitas data adalah pengujian untuk mengetahui apakah data atau variabel
yang dipakai terdistribusi secara normal. Ujinormalitas dihitung dengan
menggunakaan SPSS, hasilnya apabila
variabel yang dipakai terdistribusi secara normal, penelitian dapat dilanjutkan.
Hasil dari perhitungan SPSS dapat
dilihat pada tabel Kolmogorov Smirnov.
Jika Sampel KS diatas 0,5 maka
berditribusi normal berarti memiliki distribusi normal. Asumsi normalitas
terpenuhi kerika pencaran data residuak berada di sekitar garis lurus. Dengan nilai
hasil test normalitas lebih dari 0,05 (p>0,05) bisa dikatakan normal.
4.6.1.2.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Uji
multikolinieritas digunsakan untuk mengetahui hubungan yang sempurna atau
mendekati sempurna. Deteksi adanya multikolineritas adalah dengan melihat
besaran Varience Inflation Factor (VIF)
dan toleransi melalui SPSS dan
koefisien antara variabel bebas. Data VIF
dapat diketahuipada perhitungan SPSS
pada tabel Coefficients. Jika VIF > 10 maka variabel tersebut
mempunyai persoalan multikolineritas dengan variabel lainnya. Sehingga apabila
dalam model regresi diperoleh nilai VIF
< 10 dan toleransi diatas 0,1 maka dalam model tersebut tidak terjadi
multikolinieritas.
4.6.1.3.
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2006:69) berpendapat bahwa uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut
honoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk
mengetahui apakah ada gejala heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik
plot antara prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Deteksi terhadap ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scaterplot melalui bantuan SPSS antara prediksi variabel terikat dengan
residualnya, dimana sumbu Y adalah Y yang presiksi, dan sumbu X adalah residual
(Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika ada pola tertentu yang teratur maka telah terjadi
heteroskedastisitas, model yang bebas dari heterokedastisitas memiliki grafik
scaterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y.
Cara lainnya yaitu dengan melihat hasil heteroskedastisitas pada tabel Coefficients, jika t-statistik dari
seluruh variabel penjelas tidak ada yang signifikan secara statistik, maka
model yang digunakan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
4.6.2.
Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur
digunakan untuk mencari jalur-jalur pengaruh antara variabel independent
terhadap variabel dependent. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis
regresi linier berganda. Analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi
untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel yang telah di tetapkan
sebelumnya berdasarkan teori, anak panah akan menunjukkan hubungan antar
variabel. Prosedur dalam analisis jalur adalah sebagai berikut:
1. Membuat Persamaan Struktural
Persamaan dalam
model ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
Y1= b1X1 + b2X2
+ e
Keterangan:
Y1 :
Partisipasi Anggota
X1 :
Pelayanan
X2 :
Kemampuan Manajerial Pengurus
b1 : koefisien regresi Pelayanan
b2 : koefisien regresi Kemampuan
Manajerial Pengurus
e :
error
Y2 = b1X1 +b2X2+b3X3+e
Y2 :
Loyalitas Pelanggan
X1 :
Pelayanan
X2 :
Kemampuan Manajerial Pengurus
X3 :
Partisipasi Anggota
b1 : koefisien regresi Pelayanan
b2 : koefisien regresi Kemampuan
Manajerial Pengurus
b3 :
koefisien regresi Partisipasi Anggota
e :
error
Analisis jalur
dalam penelitian ini adalah kepuasan pelanggan. Analisis jalur akan membantu
dalam melihat besarnya koefisien secara langsung dan tidak langsung dari
variabel terikat terhadap variabel bebas, dengan memperhatikan besarnya
koefisien maka bisa dibandingkan besarnya pengaruh secara langsung dan tidak
langsung. Berdasarkan nilai koefisien tersebut, akan diketahui variabel mana
yang memberikan pengaruh terbesar dan pengaruh terkecil terhadap variabel
terikat. Berikut gambar model analisis jalur pada penelitian ini:
Gambar 4.1. Model
Analisis Jalur
2. Uji Hipotesis
Dalam
penelitian ini, uji hipotesis dalam analisis jalur ini menggunakan perhitungan
SPSS. Dengan melihat tabel Coefficients
pada kolom Sig. Jika nilai Sig lebih besar dari 0,05 maka ada pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat, dan sebaliknya jika Sig lebih kecil dari 0,05
maka tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
3. Menghitung pengaruh langsung
dan tidak langsung
Analisis
jalur merupakan metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
langsung dan tidak langsung suatu variabel. Untuk mengetahui pengaruh langsung
dan tidak langsung variabel, perhitungan menggunakan aplikasi SPSS. Pengaruh
langsung dan tidak langsung dapat diketahui dengan melihat tabel coefficients pada nilai standardized coefficients beta dimana
nilai yang ada pada kolom tersebut merupakan nilai pengaruh langsung dari suatu
variabel yang diteliti, dan sisanya merupakan nilai dari pengaruh tidak
langsung variabel bebas terhadap variabel terikat melalui variabel intervening.
4.6.3.
Koefisien Determinasi Parsial (r2)
Koefisien
determinasi parsial r2 digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
atau konribusi yang diberikan oleh masing-masing variabel bebas terhadap vatiabel
terikat. Dengan menggunakan perhitungan SPSS,
maka hasilnya dapat dilihat pada tabel Model
Summary.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,
Pandji dan Djoko Sudantoko.2002.Koperasi,
Kewirausahaan, & Usaha Kecil.Jakarta: Rineka Cipta.
Anoraga.
Pandji dan Ninik Widiyanti.2003.Dinamika
Koperasi.Jakarta: Rineka Cipta.
Kartasapoetra,
G dkk.2000.Praktek Pengelolaan Koperasi.Jakarta:
Rineka Cipta.
Kottler, Philip dan Kevin
Lane Keller.2006.Manajemen Pemasaran.Jakarta:
Erlangga.
Laksana,
Fajar. 2008.Manajemen Pemasaran.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ropke,
Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi. Bandung:
Salemba Empat.
Setyadharma,
Andyan.2010.Uji Asumsi Klasik dengan SPSS
16.0.pdf
Sudarsono
dan Edilius.2005.Koperasi dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. METODE
PENELITIAN PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta.
No comments:
Post a Comment